Biografi Brian Chesky & Joe Gebbia – Sempat Jual Sereal Untuk Membangun AirBnB

AirBnB adalah website yang memberikan kemudahan untuk Anda jika ingin menyewa kamar ketika bepergian di mana pun. Tidak hanya hotel saja, bungalow, sharing-room pun ada. Karena sangat lengkapnya jenis kamar yang ada, menghantarkan AirBnB menjadi sangat terkenal di dunia, terutama di Amerika. Sampai tahun 2015, AirBnB memiliki 800 ribu kamar yang bisa disewa di 33 ribu kota di 192 negara.

Di balik ketenaran AirBnB di kalangan traveller ini, adalah seorang entrepreneur yang sebenarnya justru memiliki keahlian di bidang desain. Dia lah Brian Chesky seorang desainer dari New York dan temannya Joe Gebbia.

tahun 2008, Chesky dan Gebbia mengikuti Industrial Design di San Fransisco. Tapi sayangnya, semua hotel murah di San Fransisco sudah penuh dan mereka pun kesulitan untuk mendapat penginapan dengan dana mereka yang seadanya. Berawal dari situlah, mereka berpikir untuk menjadikannya sebuah bisnis. Mereka membeli 3 kasur untuk ditinggali dan dipromokan lewat website. Mereka menggunakan nama atau Air Bed and Breakfast.

Setelah kedua founder AirBnB meluncurkan produknya, mayoritas investor menolak untuk berinvestasi karena menganggap pasar bisnis startup itu terlalu kecil. Bahkan AirBnB sendiri sudah total melakukan 5x launching produk demi mencapai kesuksesannya sekarang. Selain investor mengkhawatirkan pangsa pasar, mereka pun juga meragukan founder AirBnB yang basisnya adalah desain. Ini jelas berbeda dari sejarah founder startup sukses umumnya.Karena semakin menipisnya keuangan, mereka sampai menjual sereal Obama dan McCain demi kelangsungan usaha mereka. Sampai akhirnya mereka mengumpulkan total USD 30.000 dari penjualan semua sereal. Tidak sampai di situ saja penderitaan mereka. Saking rendahnya traffic website, mereka sampai memakan sereal sisa penjualan untuk melangsungkan hidup selama 2 bulan.

Suatu hari di tahun 2008, saat sedang melangsungkan makan makan malam dengan founder Justin.tv, AirBnB diyakinkan untuk mengikuti Y-Combinator. Di Y-Combinator inilah AirBnB mulai melihat adanya sedikit cahaya setelah kegelapan yang mereka alami. Meskipun Paul Graham (partner Y-Combinator) kurang menyukai konsep startup mereka, Graham ternyata malah tertarik dengan founder AirBnB yang dianggap sangat gigih dan imajinatif. Akhirnya ia memutuskan untuk menerima AirBnB dengan bantuan pendanaan sebesar USD 20.000. Berselang beberapa bulan saja, AirBnB mulai menghasilkan profit “ramen profitable”, yaitu istilah untuk profit yang bisa digunakan untuk makan. Lalu, mereka pun memperoleh pendanaan lagi sebesar USD 600.000 dari Sequoia Capital.

Sejak saat itulah, AirBnB mulai memperlihatkan masa keemasannya. Apalagi, saat ia mengumumkan masuknya Series A Round USD 7,2 juta untuk ekspansi ke 8.000 kota di dunia. Mulai dari sini, investor yang menolak mereka dulu menyatakan penyesalannya. Dan seperti inilah sekarang AirBnB begitu berjaya di dunia bisnis, bahkan mampu menaklukkan gelar unicorn. Meski sempat jualan sereal, tapi akhirnya kesuksesan tercapai juga.