Biografi George Soros – Dari Pelayan hingga “Menghancurkan Bank Inggris”

George Soros memiliki nama asli Schwartz Gyorgy. Ia lahir di Budapest, Hungaria, pada tanggal 12 Agustus 1930, dari sebuah keluarga Yahudi. Soros adalah anak dari Tivadar dan Elizabeth. Mereka menikah pada tahun 1924. Ayahnya berprofesi sebagai seorang pengacara, tetapi sebelumnya pemah menjadi tawanan perang pada Perang Dunia I. Ia melarikan diri dan kembali ke Budapest.

Ayahnya mengajarkannya berbicara Esperanto sejak kecil. Sementara Elizabeth, ibunya, berasal dari keluarga pengusaha. Keluarga ibunya adalah pemilik toko sutra.

Pada tahun 1944, Nazi Jerman menduduki Hungaria. Pada waktu itu, usia Soros 13 tahun, dan bekerja di Dewan Yahudi yang didirikan selama pendudukan Nazi di Hungaria. Tiga tahun setelah itu, Soros keluar dari Hungaria. Ia memilih pergi ke London dan melanjutkan pendidikan di London School of Economics. Selama di London, ia tinggal bersama dengan pamannya. Status Soros pada waktu itu adalah seorang mahasiswa miskin.

Sambil kuliah, ia pernah bekerja menjadi pelayan dan penjaga palang pintu kereta api. Soros juga pemah menjadi wiraniaga keliling di pinggir laut Wales. Ia bahkan sempat menerima bantuan dari seorang dosen yang mengumpulkan dana sosial untuk Soros. Soros juga mendapatkan dana dari lembaga amal Religious Society of Friends. Dengan susah payah, akhirnya Soros menyelesaikan studinya dan memperoleh gelar Bachelor of Science pada tahun 1952.

Setelah tamat, ia juga mengalami kesulitan. Tidak mudah mendapatkan pekerjaan, sehingga ia bekerja di toko suvenir. Ia kemudian mengajukan lamaran kerja ke semua bank investasi di London, tetapi menolaknya karena sentimen agama. Ia akhirnya bekerja di sebuah bank di New York City, karena direkturnya adalah orang serumpun dengan Soros. Beberapa waktu kemudian George Soros dikenal di seluruh dunia sebagai seorang pebisnis, investor kaya, dan aktivis politik. Ia adalah ketua Soros Fund Management, The Open Society Institute, pendiri dan penasihat Quantum Fund.

Melalui yayasan Open Society, Soros membantu negara-negara bekas jajahan Uni Sovyet di Eropa Timur. Ia juga memberikan bantuan kepada Partai Solidaritas Buruh di Polandia dan lembaga kemanusiaan Charter 77 di Cekoslovakia melalui lembaga Council on Foreign Relation. Aktivitas politiknya dapat diketahui dari aksinya yang menentang kembali pemilihan George W. Bush pada tahun 2004.

Soros menjadi penyumbang dana terbesar sejak era Presiden George W. Bush. Tidak hanya itu, ia juga menjadi penyumpang terbesar pada Universitas Central European di Budapest. Soros diberitakan telah menyumbangkan lebih dari $8 miliar sejak tahun 1979 hingga 2011 untuk bidang penegakan hak asasi manusia, kesehatan, dan pendidikan.

Soros pernah menikah 2 kali, yaitu dengan Annaliese Witschak dan Susan Weber Soros. Dari pernikahannya ia memiliki 5 anak, yaitu Robert, Andreas, Jonathan, Alexander, dan Gregory. Soros mengatakan bahwa orang yang paling berpengaruh terhadap keberhasilannya adalah kedua orangtuanya dan Karl Popper. Karl Popper adalah penulis buku The Open Society and Its , yang juga pernah menjadi dosen non-reguler di kampusnya. Soros begitu mengagumi pemikiran sang filsuf. Soros bahkan membuat sebuah esai filsafat The Burden of Consciousness yang membawanya bertemu langsung dengan Karl Popper.

Aksi George Soros yang paling terkenal dalam dunia investasi adalah ketika dirinya menggebrak bank Inggris dengan keuntungan investasinya yang mencapai $ 1 miliar pada tahun 1992. Atas kejadian itu, Soros dikenal sebagai The Man Who Broke The Bank of England.

Selain kisah hidupnya yang menarik dan sisi dermawannya yang kuat, ia juga menjadi tokoh kontroversial. Tindakannya disinyalir pernah menjadi penyebab krisis ekonomi di Asia, yang menyebabkan rendahnya mata uang Korea Selatan, Indonesia, dan Thailand. Sebagian orang memandang Soros lebih negatif, karena Soros dianggap sebagai kriminal ekonomi. Jumlah simpanan uangnya yang besar mengguncang nilai mata uang Asia sehingga terjadi ketidakstabilan ekonomi Asia.

Pada tahun 2006 dalam sebuah diskusi, Alvin Shuster menanyakan kepada Soros bagaimana seorang imigran seperti dirinya bisa menjadi ahli keuangan. Ia menambahkan pertanyaan, kapan Soros menyadari bahwa dirinya mengetahui cara menghasilkan uang.

“Yah, aku pernah mencoba berbagai pekerjaan dan akhirnya aku menjual barang mewah di tepi laut, toko suvenir, dan saat itu saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Jadi, saya menulis kepada setiap direktur bank di London, dengan hanya mendapat satu atau dua balasan, akhirnya saya bekerja di sebuah bank dagang”, Soros menjawab pertanyaan tersebut.

Pada tahun 2012, di usianya yang ke 81, George Soros dinobatkan sebagai orang terkaya di urutan 22 di seluruh dunia, nomor 7 dari daftar 400 orang terkaya di Amerika. Hal ini, adalah hasil pemeringkatan oleh Forbes. Forbes memperkirakan hartanya mencapai $20 miliar atau sekitar Rp243,2 triliun. Bisnis Soros disinyalir berkembang di berbagai benua dan terus bertahan meskipun teijadi krisis moneter di dunia. Pada September 2013, kekayaan George Soros dilansir Forbes masih $20 miliar.