Biografi Soekarno – Presiden Pertama Republik Indonesia

Ketika dilahirkan, Soekarno diberi nama Koesno Sosrodihardjo oleh orang tuanya. Namun, karena ia sering sakit, maka ketika berumur lima tahun, namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha, yaitu Karna. Nama Karna menjadi Karno karena dalam bahasa Jawa, huruf “a” berubah menjadi “o”. Adapun awalan su memiliki arti baik.

Di kemudian hari, ketika menjadi presiden, ejaan nama Soekarno diganti sendiri menjadi Sukarno. Sebab, menurutnya, nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda), ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno. Namun, di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno.

Jamak diketahui Soekarno adalah presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 – 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda, la adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama Mohammad Hatta) pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarnolah orang yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dan ia pula yang menamainya.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayah Soekarno adalah seorang guru. Raden Soekemi bertemu dengan Ida Ayu ketika Ira mengajar di Sekolah Dasar Pribumi, Singaraja, Bali.Soekarno hanya menghabiskan sedikit masa kecilnya dengan orang tuanya hingga akhirnya ia tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo, di Tulung Agung, Jawa Timur. Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung hingga akhirnya ia ikut kedua orang tuanya pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, ayahnya memasukkannya ke Eerste Inlandse School.

Pada tahun 1911, Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Setelah lulus pada tahun 1915, ia melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, ia banyak bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam, organisasi yang kala itu dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto, yang juga memberi tumpangan ketika Soekarno tinggal di Surabaya.

Dari sinilah, rasa nasionalisme dalam diri Soekarno terus menggelora. Pada tahun berikutnya, ia mulai aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian diganti oleh Soekarno menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Dua tahun kemudian, 1920, seusai tamat dari HBS, ia melanjutkan studinya ke Technische Hoge School (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung, dan mengambil jurusan teknik sipil.

Saat bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi, yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung yang terinspirasi dari Indonesische Studie Club yang dipimpin oleh Dr. Soetomo. Algemene Studie Club merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927- Bulan Desember 1929, Soekarno ditangkap oleh Belanda, dan dipenjara di Penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930, ia dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara inilah, ia membuat pleidoi yang fenomenal, yakni “Indonesia Menggugat”.

Soekarno dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931. tahun berikutnya, pada bulan Juli 1932, ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. la kembali ditangkap oleh Belanda pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Karena jauhnya tempat pengasingan, maka ia hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional lainnya. Namun, semangat Soekarno tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938-1942, ia diasingkan ke Provinsi Bengkulu, ia benar-benar bebas setelah masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.

Pada awal pendudukannya, Jepang tidak terlalu mem­perhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia hingga akhirnya, sekitar tahun 1943, Jepang menyadari betapa pentingnya para tokoh ini. Jepang mulai memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia, salah satunya adalah Soekarno, untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap pro­paganda Jepang. Akhirnya, tokoh-tokoh nasional ini mulai bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk dapat mencapai Kemerdekaan Indonesia, meskipun ada pula yang tetap melakukan gerakan perlawanan, seperti Sutan Sjahrir dan Amir Sjarifuddin, karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Soekarno mulai aktif mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia. Di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945, dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia, termasuk merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan. Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdeka, dan segala urusan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia.

Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh pemuda dari PETA menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab, saat itju, di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan oleh Jepang telah menyerah, dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun, Soekarno, Hatta, dan beberapa tokoh lainnya menolak tuntutan ini dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang.

Pada akhirnya, Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berdasarkan sidang yang diadakan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), panitia kecil untuk upacara Proklamasi yang terdiri atas delapan orang resmi dibentuk.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia mem­proklamasikan kemerdekaannya. Teks Proklamasi secara langsung dibacakan oleh Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi halaman rumah di Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi presiden dan Wakil presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 agustus 1945, pengangkatan presiden Soekarno dan Wakil presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh KNIP.

Soekarno adalah seorang sosok pahlawan sejati, ia tidak hanya diakui berjasa bagi bangsanya sendiri, tapi juga memberikan pengabdiannya bagi kedamaian di dunia. Semua sepakat bahwa Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad, ia adalah bapak bangsa yang tidak akan tergantikan.

Karena jasa-jasanya sangat besar, Soekarno pun memperoleh beberapa penghargaan, diantaranya :

  • Gelar Doktor Honoris Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri, seperti Universitas Gajah Mada, Universitas Indonesia, Institut-Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin, Institut Agama Islam Negeri Jakarta, Columbia University (Amerika Serikat), Berlin University (Jerman), Lomonosov University (Rusia), dan Al-Azhar University (Mesir).
  • penghargaan Bintang Kelas Satu The Order of The Supreme Companions of OR Tambo, yang diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya dilapisi emas dari presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, atas jasa Soekarno dalam mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan membebaskan diri dari politik apartheid. Penyerahan penghargaan dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria, pada April 2005.